Minggu, 15 Februari 2015

BIOKIMIA KREATININ



KREATININ


I.                   TUJUAN
1.1    Dapat melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test kreatinin dalam serum
1.2    Dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

II.                PRINSIP
Berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks kreatinin-pikrat yang berwarna biru

III.             REAKSI












IV.             TEORI
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan. Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah untuk menyaring sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai melepaskannya melalui air seni.
Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai glomeruli. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting yaitu erythropoietin atau EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah; renin, yang mengatur tekanan darah; calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu mempertahankan kalsium untuk tulang dan untuk keseimbangan kimia yang normal dalam tubuh.
Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal kita dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut); yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. National Kidney Foundation merekomendasikan tiga tes sederhana untuk skrining penyakit ginjal: tekanan darah pengukuran, cek spot untuk protein atau albumin dalam urin, dan perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR) berdasarkan pengukuran kreatinin serum. Mengukur urea nitrogen dalam darah memberikan informasi tambahan.
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Riswanto, 2010).
Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot. Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi ginjal.
Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjalazotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009).
 Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit.  Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui filtrasi ginjal, maka menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan peningkatan kreatinin serum akibat berkurangnya laju bersihan kreatinin.
1.       Uji Kreatinin
 Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah. Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.
Pengujian kreatinin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Kreatinin dikeluarkan dari tubuh sepenuhnya oleh ginjal. Jika fungsi ginjal normal, kadar kreatinin akan meningkat dalam darah (karena kreatinin kurang dilepaskan melalui urin Anda). Tingkat kreatinin juga bervariasi berdasarkan ukuran seseorang dan massa otot.
Bersihan kreatinin penting diketahui karena banyak obat yang dieliminasi oleh ginjal. Jika fungsi ginjal pasien menurun, laju eliminasi obat untuk disekresikan di urin juga akan menurun, disertai dengan peningkatan konsentrasi plasma. Peningkatan konsentrasi obat dalam plasma yang signifikan dapat menyebabkan obat mencapai kadar toksiknya; oleh karena itu, dosis mungkin perlu disesuaikan dengan berkurangnya eliminasi obat.
Kadar normal kreatinin berdasarkan umur yaitu sebagai berikut :
Kadar normal kreatinin pada orang dewasa adalah :
Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.
Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl
(Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
Kadar normal kreatinin pada anak adalah :
Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.
Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.
Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua: 0,4-1,2 mg/dl.
Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
 Apabila kadar lebih tinggi, maka dapat menunjukkan:
1.     Akut tubular nekrosis
2.     Dehidrasi
3.     Diabetes nefropati
4.     Eklamsia (suatu kondisi kehamilan yang meliputi kejang)
5.     Glomerulonefritis
6.     Gagal ginjal
7.     Penyakit otot menyusun
8.     Preeklampsia (kehamilan-induced hipertensi)
9.     Pielonefritis
10. ginjal Berkurangnya aliran darah (syok, gagal jantung kongestif)
11. Rhabdomyolysis
12. Obstruksi saluran kemih
Sedangkan bila lebih rendah dari normal dapat menunjukkan:
1.     Muscular dystrophy (tahap akhir)
2.      Myasthenia gravis

Beberapa factor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium diantara adalah obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum, kehamilan, aktivitas fisik yang berlebihan, dan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium
V.                ALAT DAN BAHAN
5.1    ALAT
1.      Tabung reaksi
2.      Pipet piston
3.      Spektrofotometer
4.      Kuvet

5.2    BAHAN
1.      Serum
2.      Heparin plasma
3.      Urin
4.      Reagen














VI.             PROSEDUR
Spektrofotometer diset pada panjang gelombang 492 nm. Dibuat larutan standar yang berisi campuran reagen I dan reagen II masing-masing sebanyak 2 ml dengan larutan 3 sebanyak 0,2 ml. Dan juga dibuat larutan sample dengan cara campuran reagen I dan II dipipetkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan serum sample sebanyak 0,2 ml lalu dikocok dan diinkubasikan sebanyak 30 detik. Kemudian dibaca absorbansinya. Setelah itu diinkubasikan kembali selama 2 menit, dan dibaca kembali absorbansinya. Percobaan ini dilakukan duplo.























VII.          DATA PENGAMATAN


ΔA Standar           = A1 – A2
                              = 0,164 – 0,131
                              = 0,033
ΔA Sample            = A2 – A3
                              = 0,226 – 0,170
                              = 0,056

Csample                = 2,0 x
                              = 2,0 x
                              = 3,393 mg/dL















VIII.       PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai kreatinin. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah ini bertujuan untuk pemeriksaan fungsi ginjal. Karena kreatinin ini meerupakan sisa metabolisme otot yang hanya dikeluarkan dari ginjal. Kreatinin ini akan dikeluarkan oleh ginjal berupa urin. Jadi jika didalam darah terdapat kreatinin yang berlebih, maka kemungkinan terdapat kerusakan fungsi ginjal. Karena ginjal tidak dapat menyaring kreatinin dalam darah. Hal inilah yang menjadikan alasan kenapa pemeriksaan kadar kreatinin ini dapat mendeteksi adanya kerusakan pada ginjal.
Untuk melakukan percobaan ini, pertama-tama adalah menyiapkan bahan-bahan dan alat yang akan digunakan. Kemudian dibuat larutan uji berupa larutan blangko yang berisi reagen I dan reagen II. Larutan standar yang berisi reagen I, reagen II dan larutan standar. Larutan sample yang berisi reagen I, reagen II dan serum. Sebelum dilakukan pengecekan absorbansi, pada spektrum panjang gelombangnya diset pada 492nm terlebih dahulu untuk memastikan bahwa panjang gelombang yang dimiliki oleh larutan uji sesuai dengan panjang gelombang 492 nm ini.
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi blangko dan standar lalu dibuat larutan sample, yaitu dengan cara memipet reagen I dan reagen II masing-masing 2ml dengan menggunakan mikro pipet kedalam tabung reaksi. kemudian ditambahkan larutan sample sebanyak 0,2ml dengan menggunakan mikro pipet. dikocok dan dibiarkan selama 30 detik. Tujuannya adalah agar reagen bereaksi sempurna dengan sample (serum). Pada pemipetan ini digunakan mikro pipet, tujuannya adalah agar memperoleh volume lebih akurat karena akurasi mikro pipet ini sangat tinggi.
 Setelah 30 detik, larutan sample tersebut dipindahkan kedalam kuvet. Pada saat memegang kuvet harus diperhatikan. Kuvet yang bening tidak boleh dipegang, karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian kuvet yang bening. Dan setiap akan memasukan kuvet kedalam spektrum, kuvet harus dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan tissue untuk meminimalisir kesalahan pembacaan absorbansi. Karena jika bagian kuvet terkontaminasi oleh tangan, kemungkinan bakteri yang terdapat ditangan akan ikut menempel pada permukaan kuvet sehingga akan mempengaruhi nilai absorbansinya.
Kemudian setelah kuvet yang berisi larutan sample tersebut dimasukan kedalam spektrofotometer, maka dibaca absorbansinya. Setelah diketahui absorbansinya maka larutan sample tersebut diinkubasikan kembali selama 2 menit kemudian diukur kembali nilai absorbansinya. Pengukuran absorbansi ini dilakukan sebanyak 2 kali. Tujuannya adalah untuk mengetahui selisih absorbansi pada konsentrasi awal dengan absorbansi pada konsentrasi akhir, karena kreatinin akan bereaksi berbanding lurus dengan waktu.
Setelah didapatkan hasil absorbansi dari pembacaan pertama dan pembacaan kedua, hasil absorbansi tersebut dimasukan kedalam persamaan untuk mengukur kadar kreatinin yang terdapat dalam serum tersebut. Serum yang diuji ini adalah serum milik seorang pria. Ternyata didapatkan hasil bahwa kadar kreatini yang terdapat dalam sample serum ini adalah sebesar 3,393 mg/dL.
Pada literatur dijelaskan bahwa kadar normal kreatinin darah untuk wanita adalah 0,5-0,9 mg/dL. Sedangkan kadar normal kreatinin darah untuk pria adalah 0,6-1,1 md/dL. Pada kadar kreatinin darah wanita dan pria ini sedikit berbeda. Kadar kreatinin darah pada pria lebih besar dibandingkan kadar kreatinin pada wanita. Hal ini dikarenakan otot pria lebih besar daripada wanita. Karena kreatinin ini dimetabolisme didalam otot sehingga kadar kreatinin pria lebih besar dibandingkan wanita karena otot pria lebih besar daripada wanita.
Dari data percobaan ini dapat dikatakan bahwa sample serum yang diuji memiliki kadar kreatinin darah yang diatas normal. Hal ini kemungkinan adanya gangguan pada fungsi filtrasi glomerulus. Karena ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin pada darah akan naik karena pembersihan kreatinin oleh ginjal rendah. Yaitu ginjal tidak dapat menyaring kreatinin darah, sehingga kreatinin tersebut tertahan didalam darah. Tingginya kreatinin ini memperingatkan kemungkinan malfungsi/kegagalan ginjal. Kreatinin ini dikeluarkan dari tubuh sepenuhnya oleh ginjal. Jika ginjal rusak, kreatinin akan ditahan bersama nitrogen nonprotein di dalam darah, sehingga terjadi penurunan kadar kreatinin di urin dan peningkatan kadar kreatinin di darah. Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang di dedrita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit tekanan darah tinggi, penyakit diabetes mellitus, penyakit kanker dan lain-lain.



















IX.             KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa test kreatinin ini dapat dilakukan untuk pemeriksaan fungsi ginjal. Dan sample serum yang diuji memiliki kadar kreatinin darah yang tidak normal, yaitu 3,393 mg/dL.



























X.                DAFTAR PUSTAKA

Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Price, A.S. dan Wilson, M.L., 1995. “Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit”. EGC. Jakarta.

Sacher, Ronald A. Dan McPherson, Richard A. 2002. “Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi II”.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta






















LAMPIRAN


1.      Mengapa kreatinin dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan ginjal, jelaskan!
JAWAB
1.      Kreatinin dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan ginjal karena kreatinin ini adalah sisa metabolisme otot yang hanya dikeluarkan oleh ginjal. Apabila didalam darah terdapar kreatinin berlebih, ini berarti terdapat masalah pada ginjal. Ginjal tidak dapat menyaring kreatinin darah sehingga kreatinin terus menumpuk didalam darah sedangkan di urin kreatinin kadarnya sangat kecil atau bahkan tidak terdapat kreatinin. Hal inilah yang menjadikan alasan bahwa kreatinin dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan ginjal.