Minggu, 15 Februari 2015

BIOKIMIA UJI KETELITIAN PIPETASI



UJI KETELITIAN PIPETASI


I.                   TUJUAN
1.1  Mengetahui cara menggunakan mikro pipet serta membandingkan ketelitiannya dengan pipet volume
1.2  Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer

II.                PRINSIP
2.1  berdasarkan pada hukum lambert beer, yang menyatakan bahwa besaran serapan sebanding dengan konsentrasi dari larutan uji
2.2  berdasarkan penggunaan alat spektrofotometer

III.             REAKSI
-















IV.             TEORI
Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah (biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan kadar, biasanya bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette fillers). Ada dua jenis pipet yang utama, yaitu pipet gelas dan pipet piston.
 Pipet Gelas / Pipet Volume
Pipet volume atau pipet gondok adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan tingkat ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang ramping pada penunjuk volume dan hanya ada satu ukuran volume. Pipet volume digunakan untuk memindahkan cairan dari satu wadah ke wadah yang lain, biasanya untuk memindahkan larutan baku primer atau sample pada proses titrasi. Pemindahan cairan dapat dilakukan secara manual dengan disedot menggunakan piller. Cara pemakaian menggunakan piller:
1.                 Pasangkan piller pada ujung pipet volume, keluarkan udara pada piller sampai kempes dengan menekan katup piller bagian atas
2.        Masukkan piper volume ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup sedot cairan sampai melebihi batas ukur dengan menekan katup piller bagian tengah (antara piller dan pipet)
3.        Lap bagian luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah  adanya cairan yang nempel di dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan
4.        Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas ukur, dengan menekan katup piller bagian samping
5.        Pindahkan cairan pada wadah lain dengan menekan katup samping piller dan atur posisi pipet volume tegak lurus dan ujung pipet ditempelkan pada wadah, proses ini untuk mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang nempel pada dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar (Hamdani, 2013).
Pipet Piston / Mikropipet
Mikropipet dan adalah alat untuk memindahkan cairan yg bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dlm mikropipet, misalnya mikropipet yg dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yg tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dlm penggunaannya, mikropipet memerlukan tip. Cara penggunaan pipet piston adalah sebagai berikut:
1.      Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan lancarnya mikropipet.
2.      Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3.      Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi.
4.      Masukkan tip ke dalam cairan
5.      Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka cairan akan masuk ke tip.
6.      Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7.      Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
Spektrofotometer UV-Vis
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energy yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spectra ultraviolet dan spectra tampak dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energy yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energy molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energy eksitasi.
Standar Deviasi
Untuk mengukur risiko dari usul investasi digunakan standar deviasi, nilai bobot, dan koefisien variasi. Semakin besar standar deviasi dibandingkan nilai bobot berarti semakin besar risiko yang terkandung dalam usul investasi. Semakin tinggi koefisien variasi semakin tinggi tingkat risiko investasi. Dalam memilih investasi diambil tingkat koefisien variasi yang rendah atau tingkat risiko investasi yang rendah walaupun metode nilai sekarang bersih menunjukkan tingkat positif yang tinggi.
Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. Akurasi didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya. Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan
suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat diekspresikan dalam
bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada akurasinya. Sedang akurasi dari sebuah sistem tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra primer, elemen skunder dan alat manipulasi Yang lain.
Presisi atau Ketepatan
Presisi adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur d  ari kesalahan acak. Jika pengukuran individual Dilakukan berulang-ulang,
maka sebran hasil pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Presisi tinggi dari alat ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi pengukuran. Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi pada umum nya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan kalibrasi. Dua istilah yang mempunyai arti mirip dengan presisi adalah repeatability dan reproducibility. Repeability digunakan untukmenggambarkan kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara berulang-ulang pada periode waktu yang singkat pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama. Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan ( closeness) keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulangulang. Persamaa pada keduanya adalah menggambarkan sebaran keluaranpembacaan induvidual untuk masukan yang sama. Sebaran akanmengacu pada repeatability bila kondisi pengukurannya tetap, danakan mengacu reproducibility kondisi pengukurannya berubah.Derajat repeatability dan reproducibility dlm. pengukuran hanyamerupakan alternatif untuk mengekspresikan presisi dari sebuah alat ukur.
Perbedaan  Akurasi & Presisi
Empat kombinasi di atas mengatakan banyak tentang jenis-jenis hasil eksperimen ilmiah, yang mungkin terjadi, dan cara di mana akurasi dan presisi yang berbeda. Akurasi kekhawatiran itu sendiri dengan seberapa dekat Anda bisa mendapatkan dengan nilai sejati dengan instrumen, sementara presisi berbicara tentang berapa kali instrumen dapat datang dengan pengukuran mereproduksi hasil yang sama, atau nilai yang dekat dengan hasil sebelumnya. Presisi dan akurasi keduanya sama pentingnya. Hasil pengukuran harus akurat dan direproduksi sehingga seseorang dapat menarik kesimpulan dari itu. Hasil yang akurat tetapi non-direproduksi tidak dapat dipercaya dalam sebuah percobaan. Berharap bahwa ide Anda presisi dan akurasi telah cukup dijelaskan melalui artikel ini. Mari kita kita lihat sebuah contoh.
Contoh Akurasi & Presisi
Pertimbangkan target tembak melingkar dengan mata banteng di tengah. Beberapa penembak telah dipraktekkan di sana dan peluru mereka telah meninggalkan tanda pada roda. Anda bisa menilai seberapa baik penembak adalah, dengan melihat seberapa akurat dan tepat nya tembakan. Jika Anda melihat bahwa semua tanda peluru yang tersebar di seluruh tempat dengan tidak dekat satu sama lain dan tidak dekat dengan mata banteng baik, penembak adalah tidak tepat, atau akurat. Jika Anda melihat bahwa tanda peluru benar pada daerah mata banteng dan semua mengelompok bersama-sama, maka Anda sedang melihat penembak akurat dan tepat. Jika tanda jauh dari mata banteng, tetapi semua mengelompok bersama-sama, Anda mencari di tempat kerja penembak tepat tapi tidak akurat itu. Harapan, contoh ini telah menjelaskan pemahaman Anda mengenai perbedaan antara akurasi dan presisi.
Harapan, ini vs perbandingan akurasi presisi tidak meninggalkan keraguan dalam pikiran Anda tentang bagaimana dua konsep yang berbeda dalam konteks metode ilmiah pengamatan dan percobaan. Hal ini karena presisi dan akurasi dengan pengukuran yang dibuat, bahwa manufaktur dan kerja mesin pun dimungkinkan.

























V.                ALAT DAN BAHAN
5.1  ALAT
1.      Spektrofotometer
2.      Pipet piston / mikro pipet
3.      Pipet gelas / pipet volume
4.      Labu ukur
5.      Beaker glass
6.      Pipet tetes

5.2  BAHAN
1.      Larutan KMnO4
2.      Aquadest




















VI.             PROSEDUR
Pertama dibuat larutan baku KMnO4 500 ppm dan diukur absorbansinya. Setelah itu dibuat 6 larutan seri dengan konsentrasi yang berbeda. Larutan seri tersebut dibuat dari larutan baku 500 ppm. Pengenceran ini menggunakan mikro pipet dan pipet volume. Kemudian diukur absorbansinya pada  rentang antara 0,2-0,8. Setelah itu dibuat larutan dengan konsentrasi 30 ppm  sebanyak 5 larutan dari larutan baku 500 ppm dan diukur absorbansinya untuk mengetahui presisinya. Kemudian dibandingkan pengukuran absorbansi setiap cara pemipetan dengan melihat harga standar deviasi.






















VII.          DATA PENGAMATAN
PIPET PISTON (MIKRO PIPET)
7.1  Membuat larutan baku konsentrasi 500 ppm dalam 1000 ml
 =  
=

7.2  Pengnceran kurva baku
7.2.1        10 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 10 . 10
 = 0,2 ml → 200 µl

7.2.2        15 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 10 . 15
 = 0,3 ml 300 µl

7.2.3        20 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 10 . 20
 = 0,4 ml → 400 µl

7.2.4        25 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 10 . 25
 = 0,5 ml → 500 µl


7.2.5        30 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 10 . 30
 = 0,6 ml → 600 µl

7.2.6        35 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 10 . 30
 = 0,7 ml → 700 µl

7.3  Tabel kurva baku



7.4  Larutan seri untuk presisi
SD =  
= 
=
= 0,65

%Akurasi        =  x 100%         = 98,2 %
%Presisi           =  x 100%            = 2,17 %

PIPET VOLUME
7.5  Pembuatan larutan 35 ppm dalam labu ukur 10 ml
V1.N1  = V2.N2
V1.500 = 10.35
V1        =
V1        = 0.7 ml
7.6  Pembuatan larutan 30 ppm dalam labu ukur 10 ml
V1.N1  = V2.N2
V1.500 = 10.30
V1        =
V1        = 0.6 ml
7.7  Pembuatan larutan 25 ppm dalam labu ukur 10 ml
V1.N1  = V2.N2
V1.500 = 10.25
V1        =
V1        = 0.5 ml
7.8  Pembuatan larutan 20 ppm dalam labu ukur 10 ml
V1.N1  = V2.N2
V1.500 = 10.20
V1        =
V1        = 0.4 ml
7.9  Pembuatan larutan 15 ppm dalam labu ukur 10 ml
V1.N1  = V2.N2
V1.500 = 10.15
V1        =
V1        = 0.3 ml
7.10                      Pembuatan larutan 10 ppm dalam labu ukur 10 ml
V1.N1  = V2.N2
V1.500 = 10.10
V1        =
V1        = 0.2 ml

7.11                      Absorbansi yang didapat
No.
Ppm
Absorbansi
1.
10 ppm
0.519
2.
15 ppm
0.615
3.
20 ppm
0.712
4.
25 ppm
0.794
5.
30 ppm
0.876
6.
35 ppm
0.943
7.12                      Absorbansi 30 ppm
SD =
      =
      =
      =
      =
      =
      = 2.1673


%Akurasi              =  x 100% = 93,33%
%Presisi                =  x 100% = 7,22 %































VIII.       PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai uji ketelitian pipetasi, dengan tujuan untuk membandingkan ketelitian antara pipet volum dengan mikro pipet. Bahan yang diujinya adalah KMnO4. Alasannya adalah karena sampel tersebut memiliki panjang gelombang maksimal 546nm, sehingga mudah dalam pengukurannya karena untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-Vis diperlukan panjang gelombang maksimal. Pada panjang gelombang maksimal inilah tingkat pengukuran dengan tingkat kesalahan terkecil.
Pertama dibuat larutan baku dari KMnO4 dengan konsentrasi 500ppm dalam 1000ml labu ukur. Setelah itu dibuat pengenceran pada 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm dan 35 ppm dengan menggunakan  mikro pipet dan pipet volume. Penggunaan kedua pipet yang berbeda ini yang menjadi parameter perbandingan ketelitian dari kedua alat tersebut. Pembuatan larutan dengan variasi konsentrasi yang berbeda ini bertujuan untuk membuat kurva standar sehingga pada penentuan konsentrasi dapat diketahui kadar sampel setelah dilakukan pengukuran absorbansinya.
Setelah didapatkan hasil bahwa pada absorbansi yang menggunakan mikro pipet dengan konsentrasi 10 ppm absorbansinya 0,320 dan semakin tinggi konsentrasi, absorbansinya juga semakin tinggi. Ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka absorbansinya semakin tinggi juga. Dan didapatkan persamaan y= 0,015x + 0,160 R²= 0,981. Seharusnya R² yang paling baik adalah ada pada 0,998 tetapi hasil yang didapat ternyata 0,981 yang menunjukan bahwa tingkat akurasi sampel kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan praktikan saat memipet dengan menggunakan mikro pipet. Kemungkinan praktikan belum begitu paham dan mahir dalam menggunakan mikro pipet sehingga hasil yang diperolehnya pun kurang akurat.
Sedangkan pada pipet volume didapatkan hasil bahwa sampel dengan konsentrasi 10 ppm absorbansinya adalah 0,519 dan semakin tinggi ppm absorbansinya juga semakin tinggi. Ini sesuai dengan literatur. Kemudian pengukuran untuk presisi. Presisi adalah kerebrulangan yang konstan. Pada pengukuran untuk presisi ini dibuat 30 ppm sebanyak 5 larutan dari larutan baku 500 ppm. Dengan menggunakan pipet volum dan mikro pipet. Ternyata didapatkan hasil bahwa pada mikro pipet absorbansinya adalah 0,602, 0,597, 0,621, 0,612 dan 0,615 sedangkan pada pipet volum absorbansinya adalah 0,835, 0,852, 0,833, 0,836 dan 0,829. Kemudian dihitung standar deviasi nya. Ternyata didapatkan hasil bahwa standar deviasi mikro pipet sebesar 0,659 sedangkan pada pipet volum 2,1673. Menurut literatur harga standar deviasi < 2 dapat dikatakan mempunyai harga ketelitian yang tinggi. Ini berarti mikro pipet memiliki keteitian yang tinggi dibandingkan dengan pipet volum. Hal ini dikarenakan volume larutan yang akan diambil dapat ditentukan terlebih dahulu pada alat pengatur volume yang berada pada mikro pipet. Maka dari itu volume yang diambil akan menghasilkan volume yang lebih teliti.
Jika dilihat dari absorbannya yang lebih presisi adalah yang menggunakan pipet volum dibandingkan dengan menggunakan mikro pipet. Karena perbedaan keberulangannya hanya ±0,02 saja. Sedangkan pada mikro pipet perbedaan keberulangannya lumayan jauh. Tetapi untuk melihat tingkat presisinya, kita tidak bisa hanya melihat pada hasil absorbansinya saja. Tetapi nilai presisi dapat dilihat dari hasil standar deviasi yang diperoleh oleh kedua alat tersebut yang kemudian dikonversikan kedalam persamaan untuk menghitung nilai presisi. Ternyata didapatkan hasil bahwa pada mikro pipet nilai presisinya adalah 2,17% sedangkan pada pipet volume, nilai presisi yang diperolehnya adalah sebesar 7,22%. Dari sinilah kita dapat menentukan, alat mana yang lebih presisi. Pada pipet volume, nilai presisi yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan pada mikro pipet. Maka dapat diketahui bahwa mikro pipet lebih presisi dibandingkan dengan pipet volume.
Sedangkan untuk melihat tingkat akurasinya juga tidak bisa ditentukan secara langsung. Mungkin pada keadaan tertentu, mikro pipet lebih akurat penggunaannya dibandingkan pipet volume. Begitu juga dengan pipet volume. Tetapi untuk melihat tingkat akurasinya, maka harus didapatkan melalui suatu persamaan. Yaitu dengan cara memasukan hasil konsentrasi pada absorbansi pertama kedalam persamaan persentase akurasi. Ternyata didapatkan hasil bahwa pada mikro pipet tingkat akurasinya sebesar 98,2% sedangkan pada pipet volum tingkat akurasinya sebesar 93,33%. Dari hasil inilah kita dapat menentukan alat mana yang lebih akurat. Dan yang lebih akurat adalah mikro pipet karena tingkat akurasinya lebih mendekati 100% yaitu 98,2% sedangkan pada pipet volum hanya 93,33%.


















IX.             KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada kondisi ini mikro pipet memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi dibandingkan dengan pipet volume karena dilihat dari persentase akurasi dan presisi nya.



























X.                DAFTAR PUSTAKA
Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gholib, I. dan R.  Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar