KREATININ
I.
TUJUAN
1.1 Dapat
melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test kreatinin dalam serum
1.2 Dapat
menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh
II.
PRINSIP
Berdasarkan reaksi
antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks
kreatinin-pikrat yang berwarna biru
III.
REAKSI
IV.
TEORI
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran
kepalan tangan. Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di
bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang belakang. Setiap hari,
proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah untuk menyaring sekitar 2 liter
produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra menjadi urin, yang
mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter. Kandung
kemih menyimpan urin sampai melepaskannya melalui air seni.
Fungsi ginjal yaitu
sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi penting. Fungsi
ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah,
mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat
asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui
ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan
dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni.
Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai
glomeruli. Selain
mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting yaitu erythropoietin atau
EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah; renin,
yang mengatur tekanan darah; calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu
mempertahankan kalsium untuk tulang dan untuk keseimbangan kimia yang normal
dalam tubuh.
Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal
kita dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal secara cepat (akut); yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban
(kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun)
dalam darah. National Kidney Foundation merekomendasikan tiga tes sederhana
untuk skrining penyakit ginjal: tekanan darah pengukuran, cek spot untuk
protein atau albumin dalam urin, dan perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR)
berdasarkan pengukuran kreatinin serum. Mengukur urea nitrogen dalam darah
memberikan informasi tambahan.
Kreatinin merupakan
produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir
semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine
triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat
diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin
kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara
ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan dalam urin (Riswanto, 2010).
Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan
seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas
otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik
yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada
otot. Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal.
Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji
fungsi ginjal.
Pada orang yang mengalami kerusakan
ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik karena clearance/ pembersihan
kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan
kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa
standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal
ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) akut atau
kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi
dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal,
dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009).
Klirens kreatinin adalah laju
bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari
kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya
dinyatakan dalam mililiter per menit. Karena kreatinin
dieliminasi dari tubuh terutama melalui filtrasi ginjal, maka menurunnya
kinerja ginjal akan menyebabkan peningkatan kreatinin serum akibat berkurangnya
laju bersihan kreatinin.
1.
Uji Kreatinin
Jenis sampel untuk uji
kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah
vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau
(heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat
yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum.
Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam
sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.
Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer,
fotometer atau analyzer kimiawi.
Pengujian kreatinin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi
ginjal. Kreatinin dikeluarkan dari tubuh sepenuhnya oleh ginjal. Jika
fungsi ginjal normal, kadar kreatinin akan meningkat dalam darah (karena
kreatinin kurang dilepaskan melalui urin Anda). Tingkat kreatinin juga
bervariasi berdasarkan ukuran seseorang dan massa otot.
Bersihan kreatinin penting diketahui karena banyak
obat yang dieliminasi oleh ginjal. Jika fungsi ginjal pasien menurun, laju
eliminasi obat untuk disekresikan di urin juga akan menurun, disertai dengan
peningkatan konsentrasi plasma. Peningkatan konsentrasi obat dalam plasma yang
signifikan dapat menyebabkan obat mencapai kadar toksiknya; oleh karena itu,
dosis mungkin perlu disesuaikan dengan berkurangnya eliminasi obat.
Kadar normal kreatinin berdasarkan umur yaitu sebagai
berikut :
Kadar normal kreatinin pada orang dewasa adalah :
Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.
Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl
(Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang
lebih rendah daripada pria).
Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.
Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.
Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua: 0,4-1,2 mg/dl.
Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
akibat pertambahan massa otot.
Apabila
kadar lebih tinggi, maka dapat menunjukkan:
1.
Akut tubular nekrosis
2.
Dehidrasi
3.
Diabetes nefropati
4.
Eklamsia (suatu kondisi kehamilan yang meliputi
kejang)
5.
Glomerulonefritis
6.
Gagal ginjal
7.
Penyakit otot menyusun
8.
Preeklampsia (kehamilan-induced hipertensi)
9.
Pielonefritis
10. ginjal
Berkurangnya aliran darah (syok, gagal jantung kongestif)
11. Rhabdomyolysis
12. Obstruksi
saluran kemih
Sedangkan bila lebih rendah dari
normal dapat menunjukkan:
1.
Muscular dystrophy (tahap akhir)
2.
Myasthenia gravis
Beberapa factor yang bisa mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium diantara adalah obat tertentu (lihat pengaruh obat)
yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum, kehamilan, aktivitas fisik yang
berlebihan, dan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi
temuan laboratorium
V.
ALAT DAN BAHAN
5.1 ALAT
1. Tabung
reaksi
2. Pipet
piston
3. Spektrofotometer
4. Kuvet
5.2 BAHAN
1. Serum
2. Heparin
plasma
3. Urin
4. Reagen
VI.
PROSEDUR
Spektrofotometer
diset pada panjang gelombang 492 nm. Dibuat larutan standar yang berisi
campuran reagen I dan reagen II masing-masing sebanyak 2 ml dengan larutan 3 sebanyak
0,2 ml. Dan juga dibuat larutan sample dengan cara campuran reagen I dan II
dipipetkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan serum sample sebanyak 0,2 ml
lalu dikocok dan diinkubasikan sebanyak 30 detik. Kemudian dibaca
absorbansinya. Setelah itu diinkubasikan kembali selama 2 menit, dan dibaca
kembali absorbansinya. Percobaan ini dilakukan duplo.
VII.
DATA PENGAMATAN
ΔA Standar = A1 – A2
= 0,164 – 0,131
= 0,033
ΔA Sample = A2 – A3
= 0,226 – 0,170
= 0,056
Csample = 2,0 x
= 2,0 x
= 3,393 mg/dL
VIII. PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini akan dibahas mengenai kreatinin. Pemeriksaan kadar kreatinin
dalam darah ini bertujuan untuk pemeriksaan fungsi ginjal. Karena kreatinin ini
meerupakan sisa metabolisme otot yang hanya dikeluarkan dari ginjal. Kreatinin
ini akan dikeluarkan oleh ginjal berupa urin. Jadi jika didalam darah terdapat
kreatinin yang berlebih, maka kemungkinan terdapat kerusakan fungsi ginjal.
Karena ginjal tidak dapat menyaring kreatinin dalam darah. Hal inilah yang
menjadikan alasan kenapa pemeriksaan kadar kreatinin ini dapat mendeteksi
adanya kerusakan pada ginjal.
Untuk
melakukan percobaan ini, pertama-tama adalah menyiapkan bahan-bahan dan alat
yang akan digunakan. Kemudian dibuat larutan uji berupa larutan blangko yang
berisi reagen I dan reagen II. Larutan standar yang berisi reagen I, reagen II
dan larutan standar. Larutan sample yang berisi reagen I, reagen II dan serum.
Sebelum dilakukan pengecekan absorbansi, pada spektrum panjang gelombangnya
diset pada 492nm terlebih dahulu untuk memastikan bahwa panjang gelombang yang
dimiliki oleh larutan uji sesuai dengan panjang gelombang 492 nm ini.
Setelah
dilakukan pengukuran absorbansi blangko dan standar lalu dibuat larutan sample,
yaitu dengan cara memipet reagen I dan reagen II masing-masing 2ml dengan
menggunakan mikro pipet kedalam tabung reaksi. kemudian ditambahkan larutan
sample sebanyak 0,2ml dengan menggunakan mikro pipet. dikocok dan dibiarkan
selama 30 detik. Tujuannya adalah agar reagen bereaksi sempurna dengan sample
(serum). Pada pemipetan ini digunakan mikro pipet, tujuannya adalah agar
memperoleh volume lebih akurat karena akurasi mikro pipet ini sangat tinggi.
Setelah 30 detik, larutan sample tersebut
dipindahkan kedalam kuvet. Pada saat memegang kuvet harus diperhatikan. Kuvet
yang bening tidak boleh dipegang, karena sumber sinar akan diteruskan melalui
bagian kuvet yang bening. Dan setiap akan memasukan kuvet kedalam spektrum,
kuvet harus dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan tissue untuk
meminimalisir kesalahan pembacaan absorbansi. Karena jika bagian kuvet
terkontaminasi oleh tangan, kemungkinan bakteri yang terdapat ditangan akan
ikut menempel pada permukaan kuvet sehingga akan mempengaruhi nilai
absorbansinya.
Kemudian
setelah kuvet yang berisi larutan sample tersebut dimasukan kedalam
spektrofotometer, maka dibaca absorbansinya. Setelah diketahui absorbansinya
maka larutan sample tersebut diinkubasikan kembali selama 2 menit kemudian
diukur kembali nilai absorbansinya. Pengukuran absorbansi ini dilakukan
sebanyak 2 kali. Tujuannya adalah untuk mengetahui selisih absorbansi pada
konsentrasi awal dengan absorbansi pada konsentrasi akhir, karena kreatinin
akan bereaksi berbanding lurus dengan waktu.
Setelah
didapatkan hasil absorbansi dari pembacaan pertama dan pembacaan kedua, hasil
absorbansi tersebut dimasukan kedalam persamaan untuk mengukur kadar kreatinin
yang terdapat dalam serum tersebut. Serum yang diuji ini adalah serum milik
seorang pria. Ternyata didapatkan hasil bahwa kadar kreatini yang terdapat
dalam sample serum ini adalah sebesar 3,393 mg/dL.
Pada
literatur dijelaskan bahwa kadar normal kreatinin darah untuk wanita adalah
0,5-0,9 mg/dL. Sedangkan kadar normal kreatinin darah untuk pria adalah 0,6-1,1
md/dL. Pada kadar kreatinin darah wanita dan pria ini sedikit berbeda. Kadar
kreatinin darah pada pria lebih besar dibandingkan kadar kreatinin pada wanita.
Hal ini dikarenakan otot pria lebih besar daripada wanita. Karena kreatinin ini
dimetabolisme didalam otot sehingga kadar kreatinin pria lebih besar
dibandingkan wanita karena otot pria lebih besar daripada wanita.
Dari
data percobaan ini dapat dikatakan bahwa sample serum yang diuji memiliki kadar
kreatinin darah yang diatas normal. Hal ini kemungkinan adanya gangguan pada
fungsi filtrasi glomerulus. Karena ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam
kisaran normal. Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin
pada darah akan naik karena pembersihan kreatinin oleh ginjal rendah. Yaitu
ginjal tidak dapat menyaring kreatinin darah, sehingga kreatinin tersebut
tertahan didalam darah. Tingginya kreatinin ini memperingatkan kemungkinan
malfungsi/kegagalan ginjal. Kreatinin ini dikeluarkan dari tubuh sepenuhnya
oleh ginjal. Jika ginjal rusak, kreatinin akan ditahan bersama nitrogen
nonprotein di dalam darah, sehingga terjadi penurunan kadar kreatinin di urin
dan peningkatan kadar kreatinin di darah. Terjadinya gagal ginjal disebabkan
oleh beberapa penyakit serius yang di dedrita oleh tubuh yang mana secara
perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit
yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit tekanan
darah tinggi, penyakit diabetes mellitus, penyakit kanker dan lain-lain.
IX.
KESIMPULAN
Dari hasil
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa test kreatinin ini dapat dilakukan untuk
pemeriksaan fungsi ginjal. Dan sample serum yang diuji memiliki kadar kreatinin
darah yang tidak normal, yaitu 3,393 mg/dL.
X.
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P. 2005. At a Glance Medicine.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Price, A.S. dan Wilson, M.L., 1995. “Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit”. EGC. Jakarta.
Sacher, Ronald A. Dan McPherson, Richard A. 2002. “Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi II”.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
LAMPIRAN
1.
Mengapa kreatinin dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya kerusakan ginjal, jelaskan!
JAWAB
1.
Kreatinin dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kerusakan ginjal karena kreatinin ini adalah sisa metabolisme otot yang hanya
dikeluarkan oleh ginjal. Apabila didalam darah terdapar kreatinin berlebih, ini
berarti terdapat masalah pada ginjal. Ginjal tidak dapat menyaring kreatinin
darah sehingga kreatinin terus menumpuk didalam darah sedangkan di urin
kreatinin kadarnya sangat kecil atau bahkan tidak terdapat kreatinin. Hal
inilah yang menjadikan alasan bahwa kreatinin dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya kerusakan ginjal.
Mbak maaf itu reaksinya apa ya kok kosong ?
BalasHapus