Minggu, 15 Februari 2015

BIOKIMIA LIPID

LIPID

       I.            TUJUAN
1.      Mampu mengetahui kelarutan suatu lipid
2.      Mampu mengetahui keberadaan gliserin atau lemak
3.      Mampu mengidentifikasikan adanya kolesterol

    II.            PRINSIP
1.      Uji kelarutan: berdasarkan pada like dissolve like
2.      Uji akrolein: berdasarkan dehidrasi gliserol menjadi akrolein
3.      Uji Lieberman Buchard: identifikasi  kolesterol berdasarkan pada perubahan warna setelah penambahan H2SO4 pekat

 III.            REAKSI
1.      Uji akrolein:


reaksi akrolein1.gif
 






2.      Uji Lieberman Burchard:


reaksi burchard.jpg
 









 IV.            TEORI
                        Lipid adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak. Karena bersifat hidrofobik, golongan senyawa ini dapat dipakai tubuh sebagai sarana yang bermanfaat untuk berbagai keperluan. Misalnya jenis lipid yang dikenal sebagai trigliserida berfungsi sebagai bahan bakar yang penting. Senyawa ini sangat efisien untuk dipakai sebagai simpanan bahan penghasil energi karena terkumpul dalam butir-butir kecil yang hampir-hampir bebas air, membuatnya jauh lebih ringan daripada timbunan karbohidrat setara yang sarat air. Jenis lipid yang lain lagi merupakan bahan structural yang penting. Kemampuan lipid jenis ini untuk saling bergabung menyingkirkan air dan senyawa polar lain menyebabkannya dapat membentuk membran sehingga memungkinkan adanya berbagai organisme yang kompleks. Membran tersebut memisahkan satu sel dengan sel yang lain di dalam jaringan, serta memisahkan berbagai organel di dalam sel menjadi ruangan-ruangan yang memiliki ciri kimia tertentu sehingga dapat ditata dan diatur.
                        Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan.. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yaitu:
1.      lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes)
2.       lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, cerebrosida
3.       derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol.
                        Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah sebagai berikut: 
1.      Uji Kelarutan
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar. 
2.      Uji Akrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih.
3.      Uji Lieberman Burchard
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua. 



    V.            ALAT DAN BAHAN
A.    Alat:
1.         Pipet tetes
2.         Tabung reaksi
3.         Kertas saring
4.         Bunsen

B.     Bahan:
1.         Aquadest
2.         Alcohol dingin
3.         Alcohol panas
4.         Kloroform
5.         Minyak goreng
6.         Olive oil
7.         Gliserol
8.         Asam palmitat
9.         KHSO4
10.     Kolesterol (air kaldu)
11.     Asam sulfat pekat
12.     Asam asetat anhidrid












 VI.            PROSEDUR
1.      Uji Kelarutan
4 tabung reaksi disiapkan dan masing-masingnya ditambahkan 2 ml, 2 ml alcohol panas, 2 ml alcohol dingin, 2 ml kloroform. Kemudian kedalam tiap tabung dimasukan 0,2 ml minyak goreng, dikocok hati-hati. Kemudian diambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung reaksi tersebut dan diteteskan pada kertas saring.
2.      Uji Akrolein
3 tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan, lalu kedalam masing-masing tabung dimasukan 10 tetes olive oil, gliserol atau sedikit asam palmitat. Kedalam masing-masing tabung ditambahkan sejumlah volume yang sama dengan KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan langsung diatas api. Kemudian diperhatikan bau akrolein yang menusuk hidung.
3.      Uji Lieberman-Burchard
Sedikit kolesterol (air kaldu) dilarutkan dalam kloroform sampai larut semuanya. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat, lalu dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit. Diperhatikan perubahan warnanya.














VII.            DATA PENGAMATAN
1.      Uji Kelarutan
Keterangan:
+++      = Sangat mudah larut
++        = Mudah larut

2.      Uji Akrolein
Keterangan:
+++     = Sangat bau tengik
++        = Bau tengik

3.      Uji Lieberman-Burchard
Keterangan:
++        = Warna hijau pekat
+                      = Warna hijau pudar






VIII.            PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai uji pada lipid. Yang pertama adalah uji kelarutan pada lipid. Bahan yang diujinya adalah air, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin dan minyak. Pertama-tama, pada masing-masing tabung reaksi dimasukkan 2ml air, 2ml kloroform, 2ml alkohol panas dan 2ml alkohol dingin. Kemudian pada masing-masing tabung tersebut dimasukan 0,2ml minyak, lalu dikocok hati-hati. Setelah dikocok, diambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung dan diteteskan pada kertas saring. Ternyata didapatkan hasil bahwa minyak larut dalam alkohol panas dan kloroform, tetapi tidak larut dalam air dan alkohol dingin. Kelarutan ini dilihat dari ada atau tidaknya noda pada kertas saring tersebut. Pada minyak+air dan minyak+alkohol dingin tidak terdapat noda, sedangkan pada minyak+alkohol panas dan minyak+kloroform terdapat noda. Tertinggalnya noda (minyak) pada kertas saring tersebut dikarenakan minyak adalah suatu makromolekular, maka minyak akan tertahan pada kertas saring. 
Minyak tidak larut pada air dan alkohol dingin dikarenakan minyak bersifat nonpolar sedangkan air dan alkohol dingin bersifat polar. Hasil ini disesuaikan dengan teori like dissolve like, yaitu pelarut polar hanya akan larut pada pelarut polar, sedangkan pelarut nonpolar hanya akan larut pada pelarut nonpolar. Karena minyak dengan air dan alkohol dingin memiliki beda kepolaran maka minyak tidak larut dalam air dan alkohol dingin.
Sedangkan untuk kloroform dan alkohol panas bersifat nonpolar, sehingga dapat melarutkan minyak yang sama-sama bersifat nonpolar juga. Disini terdapat perbedaan hasil antara alkohol dingin dengan alkohol panas. Minyak dapat larut pada alkohol panas tetapi tidak dapat larut pada alkohol dingin. Ini dikarenakan alkohol bersifat semipolar. Memiliki sifat polar dari gugus –OH dan nonpolar dari gugus alkil. Semakin tinggi suhu alkohol, maka sifat kepolarannya semakin berkurang. Inilah yang menyebabkan adanya perbedaan kelarutan minyak pada alkohol panas dan alkohol dingin. Jadi pada suhu tinggi alhokol bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan minyak yang bersifat nonpolar juga.
Yang kedua adalah uji akrolein. Bahan yang diujinya adalah olive oil, gliserol dan asam palmitat. Pertama-tama, pada masing-masing tabung reaksi dimasukan 10 tetes olive oil, gliserol dan asam palmitat. Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan diatas api dan diperhatikan bau akrolein yang menusuk hidung. Ternyata didapatkan hasil bahwa olive oil mengeluarkan bau yang lebih menyengat dibandingkan gliserol. Sedangkan asam palmitat tidak tercium bau akrolein.
Pada uji ini, penambahan KHSO4 berfungsi sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel yang mengandung gliserol, dan KHSO4 ini tidak ikut bereaksi karena tidak larut dalam larutan sampel, tetapi hanya berfungsi sebagai katalisator. Pada uji ini seharusnya yang mengeluarkan bau akrolein yang lebih menyengat adalah gliserol, bukan olive oil. Bau yang sangat menyengat yang dikeluarkan olive oil terjadi karena pemanasan terlalu lama, sehingga menyebabkan bau yang begitu menyengat. Yang akan bereaksi dengan uji ini adalah gliserolnya bukan asam lemaknya, sehingga seharusnya gliserol yang mengeluarkan bau akrolein yang lebih menyengat dibandingkan olive oil.
Pembentukan akrolein ini terjadi karena dehidrasi gliserol dalam minyak/lemak yang menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.
Sedangkan pada asam palmitat tidak menimbulkan bau, karena tidak mengandung flatogliserol dan tidak terbentuk trigliserida sehingga akrolein tidak terbentuk.
Yang terakhir adalah uji lieberman-burchard. Yaitu uji untuk kolesterol, bahan yang diujinya adalah kaldu dan minyak goreng. Pertama-tama minyak goreng dan kaldu dilarutkan dalam kloroform sampai larut semuanya, kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat dengan 2 tetes asam sulfat pekat. Lalu dikocok perlahan-lahan, didiamkan beberapa menit dan diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Ternyata didapatkan hasil bahwa minyak goreng menghasilkan warna hijau yang lebih pekat dibandingkan dengan kaldu. Ini berarti kandungan kolesterol pada minyak goreng lebih banyak dibandingkan pada kaldu. Karena warna hijau yang terjadi ini sebanding dengan konsentrasi kolesterol.
Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang terkandung di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak. Karena sifat dari lemak adalah nonpolar dan kloroform juga bersifat nonpolar.kemudian pada penambahan asam asetat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil yang akan beraksi dengan asam sulfat pekat membentuk larutan warna. Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk memutuskan ikatan ester pada lemak. Warna hijau ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (-OH) dari kolesterol yang bereaksi dengan perekasi lieberman-burchard.


















 IX.            KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
Uji Kelarutan : lipid (minyak) larut pada kloroform dan alcohol panas. Karena lipid hanya akan larut pada pelarut nonpolar.
Uji Akrolein : gliserol menghasilkan bau akrolein yang lebih menyengat karena terjadi dehidrasi gliserol menjadi akrolein.
Uji Liberman-Burchar : minyak goreng mengandung kolesterol lebih tinggi dibandingkan kaldu. Karena pada minyak goreng terbentuk warna hijau yang lebih pekat.























    X.            DAFTAR PUSTAKA
            Budimarwanti.2010.Analisis Lipid.Malang:Universitas Negri Malang
Lehninger, Albert L, 1982. “Dasar-Dasar Biokimia Jilid I”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Poedjiadi, Anna.1994.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:UI-Press

















LAMPIRAN 1
1.      Bagaimana warna dalam tabung dan jelaskan, tuliskan rumus kolesterol!
2.      Berikan alasan mengapa reaksi warna ini berguna untuk penentuan kuantitatif!
Jawab
1.      Warna dalam tabung reaksi tersebut menghasilkan warna hijau setelah penambahan kloroform, asam asetan dan asam sulfat pekat. Perubahan warna hijau ini disebabkan karena gugus hidroksi (-OH) dari kolesterol yang bereaksi dengan perekasi liberman-burchard. Rumus kolesterol adalah:
koesterol2.jpg
2.      Reaksi warna ini berguna untuk penentuan kuantitatif. Karena perubahan warna yang terjadi pada uji lieberman burchard ini menunjukan jumlah konsentrasi kolesterol. Jadi semakin pekat warna yang dihasilkan maka kandungan kolesterolnya semakin tinggi.













LAMPIRAN 2
uji kelarutan tabung.jpg
7.1 Gambar Uji Kelarutan pada tabung reaksi
uji kelarutan kertas.jpg
7.2 Gambar Uji Kelarutan pada kertas saring
uji akrolein.jpg
7.3 Gambar Uji Akrolein
uji lieberman minyak.jpg
7.4 Gambar Uji Lieberman-Burchard


Tidak ada komentar:

Posting Komentar