Minggu, 15 Februari 2015

BIOKIMIA GLUTAMAT PIRUVAT TRANSAMINASE (GPT)



GLUTAMAT PIRUVAT TRANSAMINASE
(GPT)


I.                   TUJUAN
1.1   Dapat melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui glutamat piruvat transaminase (GPT)
1.2   Dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

II.                PRINSIP
Berdasarkan metoda GPT. Yaitu dengan mengkatalis transfer gugus dari L-amino ke 2-Oksoglutarat untuk membentuk L-glutarat dan piruvat

III.             REAKSI
L-alanin + 2-Oksoglutarat  Piruvat + L-glutarat
Piruvat + NADH  L-laktat + NAD













IV.             TEORI
Hatia dalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan perut). Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai tiga perempat bagian  dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan gangguan yang berarti.
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan sel-sel hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati terkena infeksi virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan empedu bercampur.

Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat metabolisme kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum operasi terencana.
Fungsi hati
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan memiliki lebih dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1.       Menampungdarah
2.       Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3.       Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4.       Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5.       Membantu metabolisme lemak
6.       Membantu metabolisme protein
7.       Metabolisme vitamin dan mineral
8.       Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9.        Mempertahankan suhu tubuh

Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama lama yang masih populer (Saucher dan McPherson, 2002).

Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine aminotransferase(ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin b6 (missal, hemodialysis, malnutrisi) (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam amino ke jalur-jalur biokimiawi lain. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, lima, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator serta dapat meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Banyak tes laboratorium untuk mengukur kadar enzim. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jaringan rusak, sel-sel mati dan banyaknya enzim-enzim yang dilepas ke dalam darah. Peningkatan kadar enzim dalam darah merupakan akibat adanya kerusakan sel yang mengandung enzim atau adanya perubahan permeabilitas membaran sel, sehingga makromolekul-makromolekul dapat menembus dan terlepas ke dalam cairan ekstrasel. Enzim yang paling sering dihubungkan dengan kerusakan hepatosit adalah enzim-enzim golongan aminotransferase antara lain enzim AST dan ALT. Enzim glutamat dehidrogenase dan aspartat aminotransferase (AST) merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi sintesis glutamat dan aspartat dari asam α-keto dengan reaksi tranaminasi sederhana. Enzim aminotransferase memindahkan gugus amino kepada α-ketoglutarat menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat. Reaksi ini menggunakan analog asam α-keto aspartat, oksaloasetat, dan glutamat sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk dengan deaminasi asparagin yang dikatalisis oleh asparaginase. Glutamat juga dihasilkan oleh reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino diberikan oleh sejumlah asam amino lain. Sehingga, glutamat merupakan kolektor umum nitrogen amino. Setelah kematian sel, komponen sel mengalami degradasi progresif dan lebih lanjut akan mengakibatkan keluarnya enzim AST dan ALT ke ruang ekstrasel, sehingga kadar AST dan ALT serum akan meningkat. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh peradangan yang sebagian besar sebagai akibat virus, bakteri atau keracunan obat-obatan, alkohol dan zat kimia lainnya. AST bertugas untuk mengkatalisis reaksi pemindahan gugus NH2 ke asam a-ketoglutarat sehingga terbentuk asam glutamat. Sumber gugus amino bagi reaksi transaminase yang dikatalisis AST ialah suatu asam amino lain, asam aspartat. Akibatnya sesudah reaksi transaminase asam amino ini berubah menjadi suatu asam a-keto yang lain yaitu asam aksaloasetat. Pada kerusakan hati yang disebabkan oleh keracunan atau infeksi, kenaikan aktivitas AST serum dapat mencapai 20-100x harga batas normal tertinggi. Pada umumnya, kerusakan hati yang lebih menonjol diakibatkan oleh aktivitas ALT (Sodikin, 2002). AST dan ALT akan memperlihatkan terjadi kerusakan atau radang pada jaringan hati hal ini terjadi karena kelebihan kadar AST dan ALT bersifat sangat sensitif. Transaminase yang sangat aktif didalam hati dan yang aktivitasnya dapat dideteksi dalam jumlah yang sangat kecil, sangat bermanfaat didalam pemantauan sistem darah orang-orang yang terkena senyawa kimia industri atau senyawa toksik (Lehninger, 1991). Transaminase adalah proses utama untuk mengeluarkan nitrogen dari asam amino. Umumnya nitrogen dipindahkan sebagai gugus amino dari asam amino ke a-ketoglutarat sehingga terbentuk glutamat, sementara asam amino semula berubah menjadi asam keto padanannya. Asam amino aspartat dapat mengalami transaminasi membentuk a-keto oksaloasetat. Dalam proses ini, gugus amino dipindahkan ke a-keto glutarat, yang berubah menjadi asam amino glutamat.

















V.                ALAT DAN BAHAN
5.1   ALAT
1.      Tabung reaksi
2.      Pipet volume
3.      Beaker glass
4.      Spektrofotometer

5.2   BAHAN
1.      Serum
2.      Reagen






















VI.             PROSEDUR
Spektrofotometer diset pada panjang gelombang 334 nm dengan kuvet berdiameter 1 cm. Temperatur pemeriksaan dilakukan pada suhu 25°C. Kemudian larutan reagen 1 dan reagen 2 yang sudah dicampurkan dipipet sebanyak 2ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi, lalu dicampurkan dengan larutan sample yang sudah dipipet sebanyak 0,4 ml dengan menggunakan mikro pipet. Lalu larutan tersebut diinkubasikan selama 1 menit, kemudian dimasukan kedalam kuvet dan dibaca absorbansinya. Pembacaan absorbansi dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu inkubasi masing-masing 1 menit.






















VII.          DATA PENGAMATAN
7.1   Nilai faktor dengan standar sampel


7.2   Nilai normal SGPT

7.3   Hasil absorbansi sample

A1-A2                        = 0,976 – 0,970           = 0,006
A2-A3                        = 0,970 – 0,950           = 0,020
                                                            = = 0,013
                                                = 0,013 x 971
                                                = 12,623 U/L








VIII.       PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) yang bertujuan untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati. Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) ini merupakan kelompok enzim yang penting dan terdapat di hati. Enzim GPT ini mencerminkan keutuhan atau integrasi sel-sel hati. Hati memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah untuk menetralkan racun, pengolahan produk limbah dari hemoglobin, menyimpan vitamin, lemak, kolesterol dan empedu dan lain-lain.
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan pada fungsi hati ini, yang pertama dilakukan adalah dengan mengukur blangko terlebih dahulu. Pada blangko ini diisi dengan reagen I dan reagen II yang kemudian dicek absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV/VIS. Sebelumnya, spektrofotometer ini diset pada panjang gelombang 334 terlebih dahulu untuk memastikan bahwa panjang gelombang yang dimiliki oleh blangko reagen sesuai dengan panjang gelombang 334 nm ini. Tujuan pengukuran blangko reagen ini adalah agar spektrum mengenal matriks selain sample sebagai penGPTor nya. Kemudian setelah diukur absorbansi dari blangko reagen tersebut, dilanjutkan dengan membuat larutan sample yang kemudian akan diukur absorbansinya. Pembuatan larutan sample ini dilakukan dengan cara memipet reagen I dan reagen II yang sudah dicampurkan terlebih dahulu. Campuran dari reagen I dan reagen II ini dipipet dengan menggunakan mikro pipet sebanyak 2ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian sample serum dipipet sebanyak 0,4 ml dengan menggunakan mikro pipet dan dimasukan kedalam tabung reaksi yang sudah berisi reagen I dan reagen II. Pada pemipetan ini digunakan mikro pipet, tujuannya adalah agar memperoleh volume lebih akurat karena akurasi mikro pipet ini sangat tinggi. Setelah itu, larutan sample tersebut diinkubasikan selama 1 menit pada suhu 25°C. Tujuan inkubasi ini adalah karena reagen I berisi enzim. Enzim ini memerlukan waktu tertentu untuk bereaksi secara optimum, sehingga dibutuhkan waktu inkubasi.
Setelah diinkubasi selama 1 menit, larutan tersebut dimasukan kedalam kuvet. Pada saat memegang kuvet harus diperhatikan. Kuvet yang bening tidak boleh dipegang, karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian kuvet yang bening. Dan setiap akan memasukan kuvet kedalam spektrum, kuvet harus dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan tissue untuk meminimalisir kesalahan pembacaan absorbansi. Karena jika bagian kuvet terkontaminasi oleh tangan, kemungkinan bakteri yang terdapat ditangan akan ikut menempel pada permukaan kuvet sehingga akan mempengaruhi nilai absorbansinya.
Kemudian setelah kuvet yang berisi larutan sample tersebut dimasukan kedalam spektrofotometer, maka dibaca absorbansinya. Setelah diketahui absorbansinya maka larutan sample tersebut diinkubasikan kembali selama 1 menit kemudian diukur kembali nilai absorbansinya. Pengukuran absorbansi ini dilakukan sebanyak 3 kali agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Setelah dilakukan percobaan sebanyak 3 kali pembacaan nilai absorbansi sample, maka nilai absorbansi dari larutan sampel tersebut di masukan kedalam persamaan untuk menghitung kadar GPT yang terdapat pada sampel (serum). Ternyata didapatkan hasil bahwa sample (serum) yang diuji memiliki kadar GPT yang normal, yaitu 12.623 U/L. Sample yang diuji ini adalah sample (serum) laki-laki. Untuk laki-laki, kadar GPT yang normal adalah 0-22 U/L pada inkubasi selama 25°C, sedangkan untuk perempuan, kadar GPT normalnya adalah 0-17 U/L pada inkubasi 25°C. Apabila kadar GPT dalam darah ini lebih besar dari kadar normal, maka ini menunjukan adanya kerusakan pada sel-sel hati. Karena enzim GPT ini, secara normal terdapat di dalam hati dengan kadar yang rendah, tetapi jika terdapat kerusakan / penyakit hati maka pelepasan enzim GPT kedalam aliran darah bertambah, yang menyebabkan tingkat GPT dalam darah naik. Peningkatan kadar GPT ini dapat menentukan penyakit apa yang di derita oleh pasien.
Apabila kadar GPT dalam darah 20 kali diatas normal, berarti menujukan terkena penyakit hepatitis viral akut dan nekrosis hati. Apabila kadar GPT dalam darah 3-10 kali diatas normal, berarti menunjukan adanya infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard. Sedangkan apabila kadar GPT dalam darah 1-3 kali diatas normal berarti menunjukan adanya pankreatitis, perlemakan hati dan sirosisbiliaris. Penyakit-penyakit hati ini dapat terjadi akibat tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang, tidak buang air dipagi hari, pola makan yang tidak sehat, tidak makan pagi dan terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna dan pemanis buatan. Karena pada malam hari pukul 11 sampai dini hari pukul 1 adalah proses de-toxin dibagian hati, dan proses ini harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas. Kemudian pada dini hari pukul 1 sampai dengan pukul 3 terjadi proses de-toxin dibagian empedu, ini juga harus berlangsung dalam kondisi tidur. Maka dari itu sebaiknya jangan tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang karena akan mengganggu proses de-toxin dibagian hati.












IX.             KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa sample yang diuji memiliki kadar GPT dalam darah yang normal, yaitu 12,623 U/L tidak melebihi kadar normal.




























X.                DAFTAR PUSTAKA
Price, A.S. dan Wilson, M.L., 1995. “Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit”. EGC. Jakarta.

Sacher, Ronald A. Dan McPherson, Richard A. 2002. “Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi II”.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta

Wijayakusuma,Hembing.2008. “Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal”. Pustaka Bunda.Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar