PERAGIAN
ALKOHOLIK
I.
TUJUAN
1.1 Untuk
mengetahui pengaruh suhu dan pengaruh zat penghambat atau inhibitor terhadap
proses peragian alkoholik
1.2 Untuk
mengetahui adanya alcohol melalui uji iodoform pada proses peragian alkoholik
II.
PRINSIP
2.1 Berdasarkan
reaksi glikolisis, dimana glukosa diubah menjadi dua molekul asam piruvat
melalui 10 tahapan reaksi enzimatis
2.2 Berdasarkan
reaksi dekarboksilasi piruvat, dimana piruvat diubah menjadi asetaldehid dan
karbondioksida dengan bantuan enzim
III.
REAKSI
3.1 C6H12O6
→C2H5OH
+ 2CO2
+ 2NaDH2
+energi
3.2 2CH3CHO
+ 2NaDH2
→ 2C2H5CH
+ 2NAD
3.3 As. Piruvat → asetil aldehid + CO2
+ piruvat dekarboksilate (CH3CHO)
3.4 C2H5OH
+ NaOH + KI → I3CH
+ NaOCOH
3.5 NaOH + CO2→
Na2CO3
+ H2O
IV.
TEORI
Fermentasi
merupakan aktivitas mikroorganisme untuk memperoleh energi melalui pemecahan
substrat atau katabolisme yang diperlukan untuk proses metabolisme dan
pertumbuhannya. Adapun pengertian dari peragian alkoholik itu sendiri yaitu
suatu proses pengubahan glukosa menjadi alkohol dan gas karbondioksida melalui
suatu rangkaian reaksi enzimatik yang terdapat pada ragi, ragi yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu Saccharomyces cerevisiae.
Proses
peragian alkoholik sangat dipengaruhi oleh kerja enzim untuk mengubah glukosa
menjadi alkohol. Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan
berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam
organisme. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, suhu, pH dan inhibitor atau zat penghambat. Fungsi
enzim adalah sebagai katalisator, oleh karena itu enzim memerlukan kondisi yang
optimum dalam melakukan aktivitasnya.Inhibitor terbagi menjadi dua, yaitu
inhibitor reversible dan inhibitor irreversible. Inhibitor reversible yaitu
suatu zat penghambat yang dapat dihilingkan dengan meggeseser
kesteimbangan, inhibitor reversible di bagi lagi menjadi dua yaitu
inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Inhibitor kompetitif dimana zat
penghambat memiliki stuktur yang sama dengan substrat dan zat penghambat
tersebut akan masuk pada sisi aktif enzim, dan merusak bagian sisi aktif enzim,
sehingga substrat tidak dapat bereaksi dengan enzim. contoh dari inhibitor
kompetitif yaitu anion malonat yang menghambat enzim dehidrogenase suksinat.
Inhibitor nonkometitif dimana zat penghambat tidak memiliki struktur yang sama
dengan substrat, akan tetapi zat penghambat ini akan menempel pada bagian enzim
yang dapat merusak bagian aktif enzim, sehingga mengakibatkan substrat tidak
dapat bereaksi dengan enzim. contoh dari inhibitor nonkompetitif yaitu
dehidratase treonin di hambat oleh isoleusin, antibiotik penisilin menghambat
kerja enzim penyusun dinding sel bakteri.
Inhibitor irreversible disebabkan
karena terjadinya proses destruksi atau modifikasi gugus fungsi yang terdapat
pada enzim. contoh inhibitor irreversible yaitu senyawa diisoprofilfluorofosfat
(DFP) menghambat enzim asetilkolinesterase yang penting dalam transmisi implus
syaraf. Iodoasetamida yang dapat bereaksi dengan enzim yang memiliki gugus SH.
Sifat-sifat
enzim yaitu kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim sangat tinggi, enzim
bersifat spesifik untuk reaksi tertentu, tidak ada produk samping yang
terbentuk pada reaksi enzim, reaksi enzim bersifat reversible, enzim yang
digunakan untuk suatu reaksi dapat digunakan sedikit mungkin.
Dalam percobaan ini digunakan
larutan makanan yang mengandung gula, ammonium sulfat, dan buffer asetat.
fungsi dari gula yaitu sebagai substrat dan sebagai sumber energi karbon.
ammonium sulfat berfungsi sebagai sumber nitrogen anorganik yang digunakan
sebagai sumber makanan, sedangkan buffer asetat berfungsi sebagai larutan
penyangga agar pH dari medium tetap optimum. Digunakan pH 5,6 karena merupakan
pH optimum. jika di atas pH 5,6 dikhawatirkan enzim akan terdenaturasi. Selain
itu digunakan air yang berfungsi sebagai sumber mineral, pelarut dan
menghomogenkan substrat. Suspensi ragi merupakan penghasil mikroba sacharomyces
cerevisiae, merupakan mikroba yang terdapat pada roti. mikroba ini memiliki 10
enzim yang berperan dalam proses glikolisis.
Fermentasi
adalah proses produksi energi dala sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk anaerobik, akan
tetapi terdapat defenisi yang lebih jelas yang mendefenisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan
yang umum dalam fermentasi. Beberapa
contoh hasilfermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat
juga dihasilkan dari fermentasi
seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur
dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang
tidak memiliki akseptor elektron eksternal)
dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi (Anonim, 2007)
Beberapa
organisme seperti saccharomyices dapat hidup baik dalam kondisi lingkungan cukup oksigen maupun kurang
oksigen. Organisme yang demikian
disebutaerob fakultatif. Dalam keadaan cukup oksigen, saccharomyces akan melakukan respirasi biasa. Akan tetapi
jika dalam keadaan lingkungan
kurang oksigen, saccharomyces akan melakukan fermentasi.
Dalam keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah menjadi asam asetat
dan CO2. Selanjutnya asam asetat akan
diubah menjadi alkohol. Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan
perubahan NADH menjadi NAD+
V.
ALAT DAN BAHAN
5.1 ALAT:
1. Tabung
reaksi
2. Incubator
3. Tabung
durham
4. Pipet
tetes
5.2 BAHAN:
1. Larutan
/ suspense ragi
2. Larutan
makanan
3. NaOH
4. KI-I2
5. KF
6. Es
VI.
PROSEDUR
6.1 Tabung
A:
Diisi dengan 8 ml larutan makanan,
ditambahkan 1 ml H2O dan 1 ml suspense ragi, lalu tabung durham dimasukan dan
dikocok sampai tidak ada gelembung di dalam tabung durham. Kemudian tabung
disimpan di dalam lemari es selama 1 jam. Setelah itu tabung dimasukan kedalam
incubator 37°C selama 2 jam
6.2 Tabung
B:
Diisi dengan 8 ml larutan makanan,
ditambahkan 1 ml H2O dan 1 ml suspense ragi, lalu tabung durham dimasukan dan
dikocok sampai tidak ada gelembung didalam tabung durham. Kemudian disimpan
dalam incubator 37°C selama 2 jam. Setelah itu ditambahkan NaOH 2N sebanyak 2
ml
6.3 Tabung
C:
Diisi dengan 8ml larutan makanan,
ditambahkan 1 ml H2O dan 1 ml suspense ragi, lalu tabung durham dimasukan dan
dikocok sampai tidak ada gelembung didalam tabung durham. Kemudian disimpan
dalam incubator 37°C selama 2 jam. Setelah itu tabung dihubungkan melalui pipa
L dengan tabung G yang berisi larutan 1N NaOH dan larutan KI-I2.
6.4 Tabung
D:
Diisi dengan 8ml larutan makanan,
ditambahkan 1ml H2O dan 1 ml suspense ragi yang telah dididihkan terlebih
dahulu, lalu tabung durham dimasukan dan dikocok sampai tidak ada gelembung
didalam tabung durham. Kemudian dimasukan kedalam incubator 37°C selama 2 jam
6.5 Tabung
E:
Diisi dengan 8ml larutan makanan,
ditambahkan 1ml H2O, 1 ml suspense ragi dan 1ml larutan KF, lalu tabung durham
dimasukan dan dikocok sampai tidak ada gelembung di dalam tabung durham.
Kemudian disimpan didalam incubator 37° selama 2 jam
6.6 Tabung
F:
Diisi dengan 8ml larutan makanan, 1 ml H2O
dan 1 ml suspense ragi, lalu tabung durham dimasukan dan dikocok sampai tidak
ada gelembung di dalam tabung durham. Kemudian dimasukan kedalam incubator
selama 2 jam
VII.
DATA PENGAMATAN
Keterangan:
(-) = Tidak terdapat gelembung gas
(+) = Terdapat gelembung gas
VIII.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas
mengenai peragian alkoholik. Bahan uji yang digunakan adalah larutan gula, air,
dan suspense ragi. Dan juga dengan beberapa zat penghambat. Pertama-tama, 5
tabung reaksi disiapkan dengan masing-masing tabungnya berisikan 8 ml larutan
gula, 1 ml H2O dan 1 ml suspense ragi.
Pada
tabung A, setelah tabung diisi dengan 8 ml larutan gula, 1 ml H2O dan 1 ml
suspense ragi, lalu dimasukan tabung durham dengan keadaan terbalik dan dikocok
sampai tidak ada gelembung gas yang tersisa, karena jika masih ada gelembung
gas yang tersisa akan menyulitkan dalam mengamati gelembung gas hasil dari
proses peragian alkoholik ini. Kemudian tabung ditutup agar tidak ada oksigen
yang masuk, hal ini bertujuan agar proses glikolisis dalam sel ragi dapat
berjalan sempurna sehingga menghasilkan etanol + gas CO2. Tabung tersebut
disimpan didalam lemari es selama 1 jam. Tujuannya adalah untuk
mengistirahatkan enzim, karena pada suhu rendah tidak ada aktivitas enzim.
Kemudian setelah 1 jam, tabung dimasukan kedalam incubator selama 2jam yaitu
untuk mengetahui adanya aktivitas enzim yang ditandai dengan adanya gelembung
gas di dalam tabung durham. Pemilihan suhu didalam incubator sebesar 37°C
adalah karena pada suhu 35°-40°C adalah suhu paling optimum untuk proses
fermentasi. Ternyata didapatkan hasil bahwa pada tabung A ini tidak terdapat
gelembung gas CO2, walaupun waktu penyimpanan didalam incubator ini lebih dari
2 jam tetapi tetap tidak terdapat gelembung gas CO2. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena pada saat memipet suspense ragi hanya dapat larutannya saja,
ragi yang terpipet nya sangat sedikit sehingga proses fermentasi tidak berjalan
dengan baik.
Pada tabung B, perlakuannya sama
dengan tabung A yaitu dengam dimasukan tabung durham, lalu ditutup, tapi tidak
dimasukan ke dalam lemari es. Tabung B ini didiamkan beberapa menit didalam air
dingin bersama dengan tabung C, D, E, F. tujuannya adalah agar aktivitas enzim
berjalan lamban. Penyimpanan tabung didalam lemari es dengan penyimpanan tabung
didalam air dingin memiliki tujuan yang berbeda. Yaitu karena pada suhu 4°C (±
suhu lemari es) adalah suhu untuk ragi dalam keadaan istirahat. Sedangkan pada
suhu 25°-28°C (± suhu air dingin) adalah suhu untuk ragi dengan aktivitas yang
sangat lamban. Kemudian setelah tabung didiamkan beberapa menit di dalam air
dingin, tabung dimasukan kedalam incubator 37°C selama 2 jam. Dan didapatkan
hasil bahwa tabung B menunjukan reaksi positif yaitu dengan ditandai adanya
gelembung gas pada tabung durham. Setelah itu tabung tersebut ditambahkan
larutan NaOH sebanyak 2 ml, dan ternyata didapatkan hasil bahwa gelembung gas
yang terdapat pada tabung durham tersebut bertambah.
Pada tabung C, perlakuannya sama
dengan tabung A namun tidak disimpan didalam lemari es terlebih dahulu. Tabung
C disimpan didalam air dingin sama seperti tabung B. ternyata didapatkan hasil
bahwa pada tabung C setelah dimasukan kedalam incubator 37°C selama 2 jam menunjukan
hasil positif, yaitu dengan ditandai adanya gelembung gas yang terdapat pada
tabung durham. Setelah itu larutan pada tabung C ini dihubungkan melalui pipa L
dengan tabung F yang berisi larutan IN NaOH + larutan KI-I2. Ternyata
didapatkan hasil bahwa pada tabung C tersebut tercium bau iodoform dan warna
berubah menjadi warna coklat muda. Hal ini menunjukan adanya etanol pada tabung
C.
Pada tabung D, perlakuannya sama
dengan tabung A namun tidak disimpan didalam lemari es terlebih dahulu tetapi
disimpan didalam air dingin selama beberapa menit. Akan tetapi pada tabung D
ini sedikit berbeda dengan tabung-tabung yang lain, yang membedakan adalah pada
saat penambahan suspense ragi, yaitu menggunakan suspense ragi yang sudah
dipanaskan terlebih dahulu. Tujuan dari pemanasan ragi ini adalah untuk
mengetahui pengaruh suhu tinggi terhadap proses peragian alkoholik. Karena pada
suhu 60°C (suhu tinggi) ragi akan mati. Kemudian setelah disimpan didalam
incubator selama 2 jam didapatkan hasil bahwa tabung menunjukan hasil yang
negative karena tidak terdapat gelembung gas CO2 didalam tabung durham
tersebut. Hal ini kemungkinan dikarenakan ragi yang terdapat pada tabung reaksi
tersebut sangat sedikit sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
proses fermentasi.
Pada tabung E, perlakuannya sama
dengan tabung-tabung sebelumnya. Namun pada tabung E ini ditambahkan 1 ml
larutan KF, tujuannya adalah untuk menghambat enzim yang berperan dalam proses
glikolisis. Lalu dimasukan tabung durham dalam keadaan terbalik dan dikocok
sampai tidak ada gelembung gas didalam tabung durham. Tabung E ini disimpan
didalam didalam air dingin selama beberapa menit lalu dimasukan kedalam
incubator 37°C selama 2 jam. Ternyata didapatkan hasil bahwa tabung menunjukan
hasil yang positif yaitu dengan ditandai adanya gelembung gas CO2 didalam
tabung durham.
Pada tabung F, perlakuannya sama
dengan tabung A namun tidak disimpan didalam lemari es, tabung F ini didiamkan
didalam air dingin selama beberapa menit dan tidak terdapat zat penghambat pada
tabung F. ternyata didapatkan hasil bahwa pada tabung F ini menunjukan hasil
yang negative. Kemungkinan ini terjadi dikarenakan ragi yang dimasukan terlalu
sedikit sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk proses fermentasi.
IX.
KESIMPULAN
Dari
hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa suhu dan inhibitor dapat
mempengaruhi proses peragian alkoholik. Semakin tinggi suhu maka aktivitas ragi
akan melemah karena pada suhu tinggi ragi akan mati.
X.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnawijaya,
1993. Biokimia. Exact Ganeca. Bandung.
Poejiandi,
Anna.2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Sunarya . yayan dkk 2001 .praktikum kimia dasar. Bandung;FPMIPA
Terimakasih informasinya membantu, alangkah baiknya teori dasarnya menggunakan sitasi
BalasHapus